Di Prasasti Itu Jurnalis & Mahasiswa Mengheningkan Cipta

Upacara peringatan 27 September di depan prasasti

Mengenang Perjuangan Ismail Situmorang dan Ricardo Siahaan

PARA jurnalis dan mahasiswa gelar peringatan, 27 September 1945 tentang pengibaran bendera Merah Putih pertama di Kota Siantar. Berlangsung di depan prasasti pengibaran bendera Merah Putih pertama di Kota Siantar. Persisnya di sekitar lapangan parkir Pariwisata, Jalan Merdeka, sekira jam 16.00 WIB, Selasa (27/9/2022).

Bacaan Lainnya

Acara diawali dengan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesai Raya yang dipandu mahasiswi Universitas Simalungun (USI) Kota Siantar, Merinda Cristina Sitio. Selanjutnya, Imran Nasution dari jurnalis memaparkan ringkas tentang kronologi pengibaran bendera Merah Putih pertama di Kota Siantar tersebut.

Dijelaskan, kalau di Jakarta, pengibaran bendera Merah Putih berlangsung tepat pada hari proklamasi 17Agustus 1945. Di Kota Siantar, berlangsung 27 September 1945. Hal itu terjadi karena informasi kemerdekaan terlambat masuk ke Siantar. Apalagi radio dan alat komunikasi saat itu masih dikuasai penjajah yang tetap berusaha bertahan di bumi pertiwi.

Namun, sebelum pengibaran Merah Putih itu, terjadi kontak senjata di sekitar Lapangan Merdeka (Taman Bunga) sebagai wilayah perbatasan (demarkasi) antar pejuang Indonesia dengan KNIL Belanda yang waktu itu ditandai dengan peristiwa Polinesial tahun 1945.

“Kubu pejuang Indonesia berada di sekitar Balai Kota dan Gedung Juang samping lokasi parkir pariwisata sekarang. Sedangkan kubu KNIL Belanda di Siantar Hotel,” ujarnya sembari mengatakan bahwa kontak senjata tersebut membuat dua anak Siantar gugur sebagai pahlawan.

Keduanya, Ismail Situmorang meninggal di lokasi dan Ricardo Siahaan meninggal setelah dievakuasi pemuda rakyat di Rumah Sakit Tentera. “Itu merupakan sejarah yang disampaikan secara lisan maupun tercatat dalam buku sejarah “Siantar Berdarah”. Namun, banyak tidak mengetahuinya,” ujar Imran lagi.

Usai pemaparan sejarah secara singkat tersebut, dilakukan hening cipta. Kemudian, beberapa jurnalis melakukan orasi. Mengatakan bahwa para jurnalis serta mahasiswa perlu memperingati 27 September 1945 meski banyak yang tidak perduli.

“Para jurnalis harus mengingatkan masyarakat Siantar bahwa di lokasi tempat kita berdiri ini ada sejarah yang sangat penting untuk diketahui. Dan jangan sekali-kali melupakan sejarah atau jasmerah,” ujar Mahadi Sitanggang dari kalangan Jurnalis.

Kemudian, Edis Galingging dari PMKRI Pematang Siantar mengatakan, kegiatan tersebut sangat berarti baginya. Apalagi sepengetahuannnya, itu tidak pernah dilakukan. “Pada tahun mendatang, peringatan seperti ini harus kita tingkatkan lagi supaya lebih baik . Sehingga, khususnya kalangan generasi muda, selalu mengingat tentang sejarah,” ujarnya

Di sela-sela peringatan tersebut, Merinda Cristina Sitio dan Muhammad Arya Ananda yang juga mahasiswa USI membacakan puisi tentang Pahlawan. Suasana terasa hening apalagi cuaca sore itu tampak mendung.

Di penghujung peringatan 27 September yang terasa hikmat dan diiringi pembacaan teks Proklamasi oleh Rika dari jurnalis, sekitar 50-an jurnalis dan mahasiswa berbaris satu persatu sambil melangkah pelan, mendekati, sekaligus memegang prasasti pengibaran bendera Merah Putih pertama di Kota Siantar itu. (In)

Pos terkait