DI TENGAH kian pesatnya perkembangan media (online), INTUISI memberanikan diri terbit dan berkompetisi bersama media lain yang sudah lebih dulu menyeruak ke ruang publik. Sebagai media yang baru lahir, tentu Kami menyadari bahwa semua beranjak dari bawah. Ibarat bayi, INTUISI harus belajar merangkak, berdiri, berjalan tertatih-tatih sehingga kemudian bisa berlari mengejar impian yang terbentang luas ke depan.
DARI REDAKSI
Harapannya tak muluk-muluk amat! Namun setidaknya, INTUISI bisa berkontribusi mewarnai kancah pergulatan media yang kian amat bebas di tengah serangan platform media sosial yang kerap membuat pusing nitizen. INTUISI diharap bisa mewadahi tingginya ekspektasi nitizen terhadap objektivitas media arus utama. Bahkan sebisanya, menjadi penyeimbang keselarasan informasi yang berkembang di ranah publik serta memperkaya khasanah ruang pikir dalam menerima dan mengelola informasi.
Mengusung tag line, Inspiratif untuk Demokrasi, INTUISI akan berupaya merajut aspirasi serta inspirasi publik dalam pemenuhan ruang dialog yang inklusf nan mencerdaskan. INTUISI akan berupaya menyajikan informasi yang tidak bombastis namun tetap dalam tataran yang logis, kritis serta realistis.
Di mana pada sisi lain harus pula diakui, pesatnya pusaran informasi di ragam platform media sosial amat berpengaruh terhadap keberlangsungan media arus utama. Tak hanya itu! Tentu sama-sama kita merasakan fenomena dewasa ini, banyak media cetak terpuruk, bahkan gulung tikar digilas derasnya arus media sosial. Untuk bertahan hidup, terpaksa beralih ke platform digital, jika tidak ingin sirna diterpa disrupsi teknologi informasi.
Fenomena lain, nitizen kian bergantung pada informasi media sosial ketimbang media arus utama. Penyebabnya, media sosial amat cepat menyuguhkan ragam informasi di tengah masyarakat, yang bahkan mendadak viral dalam waktu singkat. Soal apakah informasinya benar atau tidak, hal itu dipikirkan belakangan!. Pokoknya, ada kebanggaan tersendiri menjadi orang pertama pengunggah peristiwa ke media sosial meski tanpa filter.
Menyikapi kondisi tersebut, media arus utama punya tugas amat berat dan harus semakin selektif dalam memilih dan memilah informasi jika tak ingin ditinggalkan nitizen?. Informasi yang disajikan media arus utama harus benar-benar bisa dipercaya masyarakat keakuratannya sekaligus mencerdaskan analisisnya. Intinya, media arus utama harus makin profesional dalam mengungkap dan menyajikan fakta. Tak bisa sekadar bertumpu pada teori klasik, 5 W + 1 H sebagaimana jargon utama jurnalistik. Kini, sebuah informasi yang disajikan ke publik harus dibarengi ketelitian mengolah data sesuai fakta yang bisa dipercaya publik.
INTUISI: Lihat Dulu Baru Pikirkan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, INTUISI merupakan daya atau kemampuan mengetahui atau memahami sesuatu tanpa dipikirkan atau dipelajari; bisikan hati; gerak hati. Pengertian serupa ditautkan Webster Dictionary yang menyebutkan bahwa INTUISI merupakan kekuatan atau kemampuan mendapatkan pengetahuan atau kognisi langsung tanpa pemikiran, observasi atau penalaran dan kesimpulan rasional terlebih dulu.
Sederhananya, INTUISI merupakan kemampuan memahami sesuatu tanpa melalui penalaran rasional dan intelektualitas lebih dulu. Bahkan tampaknya sebuah pemahaman tiba-tiba datang dari luar pemikiran dan keluar dari kesadaran. Misalnya, seorang jurnalis yang ingin menemui narasumber kunci sebuah kasus tertentu. Namun di tengah perjalanan, dan tanpa direncanakan malah menemukan kasus lain yang lebih besar dan menarik perhatian. Tanpa pikir panjang apalagi analisis, dia harus segera membuat keputusan penting! Menemui narasumber terdahulu, atau menelusuri kasus baru yang lebih menarik?.
Di tengah persoalan manusia yang kian amat kompleks, tentu tak semua dapat diukur dengan penilaian matematik, dengan hitungan angka-angka atau parametrik. Meminjam pendapat Albert Einstein (sang genius dunia fisika) “Tidak semua hal yang bisa dihitung berjumlah, dan tidak semua hal berjumlah bisa dihitung.” Pernyataan Einstein ini menyiratkan, bahwa suatu kebenaran yang datangnya tidak dapat diprediksi secara matematis atau dengan hitungan pasti. Dengan demikian, terlihat adanya alternatif sebuah sumber kebenaran yang dapat dilacak dari potensi-potensi yang ada dari kekuatan manusia. Kekuatan ini tentu lebih mengarah kepada bagaimana manusia mampu mengoptimalkan kekuatan potensial menjadi kekuatan aktual, dan kekuatan aktual yang dapat diandalkan itu adalah INTUISI.
Banyak para ahli psikologi terkemuka merinci hal-hal penting dari INTUISI, antara lain: INTUISI harus terus dikembangkan, karena kita semua memiliki kemampuan intuitif sebagai salah satu potensi diri kita; INTUISI dan alasan logis adalah dua hal saling melengkapi, kombinasi alasan, pengalaman, informasi, dan menyetir kekuatan; INTUISI bukanlah intuisis emosional tuntutan yang jelas memperhatikan berbagai pilihan; INTUISI merupakan tindakan permintaan untuk mengikuti dan melakukan apa yang dirasakan; INTUISI adalah kunci sukses dalam berbagai bidang termasuk urusan bisnis media; serta dengan INTUISI yang terus diasah kita akan terbebas dari kesalahan; namun INTUISI harus disertai dengan alasan realistis dan logis. Salam dari Kami, senantiasalah berfikir merdeka dan merdeka untuk berfikir, dan sekali lagi, Kami Ada untuk Anda! ***