SAAT sosialisasi Peraturan Daerah (Perda) No 3 Tahun 2022 tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan (Ripparkot) Siantar, para peserta yang terdiri dari Camat, Lurah dan sejumlah pelaku wisata lainnya, mengaku kecewa, Kamis (15/12/2022).
Pasalnya, kegiatan yang berlangsung di Hotel Sapadia Kota Siantar itu terkesan monoton. Selain materi sosialisasi dinilai tidak pas dengan potensi pariwisata Kota Siantar, tiga nara sumber malah lebih banyak membacakan materi yang sudah ada pada peserta.
Setelah dua nara sumber, Esra Lora Luthfianti dan Yani Adiani selesai memaparkan materi tentang “Amanat Penyusunan Ripparkot” dan “Arahan Kepariwisataan Kota Siantar”, dilanjutkan dengan pemaparan nara sumber ketiga, Yani Adriani dengan material Perwilayahan Pariwisata Kota Siantar.
Namun, karena nara sumber terakhir itu juga hanya membacakan materi yang justru ada pada peserta sosialisasi, suasana sosialisasi membuat para peserta tidak fokus. Entah karena membosankan, sejumlah peserta keluar dari ruangan. Termasuk Sekda Kota Siantar, Budi Utari dan beberapa pejabat terkait lainnya.
Saat dilakukan tanya jawab, salah seorang peserta dari Kecamatan Siantar Barat, Supratman Malau mengatakan, kalau mengamati tentang Riparkparkot tersebut, banyak tidak sesuai dengan potensi pariwisata kota Siantar.
“Kalau program yang akan kita lakukan dari nol, tentu tidak pas dengan bacaan yang ada di kemeja panitia, “Transit No, Destinasi Yes”. Kalau program dimulai dari nol, itu namanya bukan rencana induk. Harusnya berangkat dari potensi yang sudah ada. Misalnya, sektor pendidikan, jasa kesehatan, jasa uang, sejarah dan kuliner,” ujarnya.
Selanjutnya, Kartini sebagai peserta dari Kecamatan Siantar Sitalasari, bicar secara blak-blakan kecewa dengan acara tersebut. Karena, dibenaknya yang dibicarakan bagaimana menggali potensi wisata yang sudah ada.
“Saya pikir sosialisasi ini mendatangkan pakar IT untuk publikasi potensi wisata. Harusnya, tentang perencanaan karya yang inovatif , bagaimana caranya kita sebagai pelaku wisata bisa termotivasi. Jadi saya kecewa. Sepertinya, kegiatan ini hanya untuk menghabiskan anggaran” tegas Kartini.
Pernyataan Kartini tersebut, mendapat aplusan meriah dari peserta sosialisasi lainnya. Bahkan, sejumlah Lurah se Kota Siantar ada berkomentar bahwa kegiatan tersebut tidak menarik dijadikan refrensi menggali potensi waisata di lingkungan kerja masing-masing.
“Saya juga kecewa karena nara sumber lebih banyak membaca tanpa ada terobosan tentang pemberdayaan potensi wisata. Tapi, mungkin apa yang dibilang peserta tadi, ada benarnya,” ujar salah seorang lurah yang duduk bersebelahan dengan Kru Senter News.
Khusus menjawab pernyataan Kartini, Esra Lora Luthfianti sebagai salah seorang nara sumber mengatakan, kegiatan tersebut memang bukan untuk menggali bagaimana caranya memberdayakan potensi wisata untuk dikembangkan.
“Ya, kegiatan ini hanya untuk soialisasi Perda No 3 tahun 2022 tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Kota Siantar,” ujarnya di penghujung sosialisasi dan hal tersebut juga dibenarkan moderator yang kemudian menutup sosialiasi.
Meski tanpa kesimpulan dan maupun sambutan penutup dari pejabat Dinas Pariwisata, apalagi Kadis Pariwisata Kota Siantar, Kusdianto tidak hadir, para peserta yang masing-masing mendapat nasi kotak, akhirnya bubar begitu saja. (In)